Lola

Khoirina
3 min readJan 3, 2023

--

“Kamu kurusan sekarang..” Kata Ibu Tata sewaktu Lola datang seorang diri ke pernikahan Tata untuk memberi selamat. Lola cuma tersenyum sambil bergumam “Ah masa, Bu?” Tapi tak ada prasangka apapun selain “Ah, basa-basi aja si Ibu ini.”

“Udah dibilang suruh bawa ayangnya, malah dateng sendiri mba..” Ujar Tata yang tampak manis dalam balutan blus tile warna peach.

“Lagi kerja dia mah hehehe" Jawaban paling aman yang bisa Lola berikan, setidaknya itu jawaban terbaik yang bisa menenangkan dirinya sendiri, membuatnya tidak terlalu merasa ngenes.

Dan seperti yang selalu Lola dengar ketika menghadiri pernikahan saudara atau teman, kali ini pertanyaan “Kamu kapan?” muncul bertubi-tubi dari Ibu dan Bapak Tata. ‘Double kill wkwkwk.’ Batin Lola. Lola cuma haha-hehe menanggapi sebisanya, senyam-senyum menutupi hati yang resah dipicu pertanyaan 'basa-basi' tadi.

Mau heran, tapi Lola tinggal di desa, dimana basa-basi seperti 'Kapan nikah?’ dan 'Kamu kurusan, ya..’ yang dilontarkan dengan nada mengasihani adalah hal yang lumrah dan tidak pernah dianggap sensitif.

Sekali dua kali mendengarnya, Lola biasa saja, tapi belakangan hampir setiap orang yang Lola temui mengatakan hal yang sama, khususnya yang 'Kamu kurusan' dengan nada kasihan. Telinga Lola sampai gatal saking risihnya.

Dari situ Lola mulai menambah sendokan nasi di setiap piringnya, berharap tubuh kecilnya tidak lagi dipandang menyedihkan oleh orang-orang. Dan tentu saja perut Lola yang selama ini terbiasa makan sedikit terasa sangat tidak nyaman dijejali nasi lebih banyak daripada biasanya.

Tapi Lola tidak menyerah, dia akan berusaha membuat perutnya terbiasa dengan porsi makan yang lebih banyak ini.

Itu mungkin bisa menipu orang lain, setidaknya ibu Lola akan berpikir anaknya baik-baik saja ketika melihat Lola makan sebanyak itu.

Tapi Lola tidak akan bisa membohongi dirinya sendiri. Betapa tumbuh sebesar ini tanpa banyak bercerita ke orang lain rasanya terkadang sesak dan seberat itu, sampai membuatnya lebih memilih tidur seharian daripada sekedar mengisi perut. Tidur mampu membawa Lola pergi sejenak dari kehidupan yang sering kali membuatnya muak, sementara makan makin membuat Lola malas karena sering dia lakukan sambil menangis.

Keadaan memaksa Lola tumbuh jadi perempuan mandiri yang sering kali bekerja hingga melewatkan makan, tapi lihat sisi baiknya, Lola bersyukur karena tanpa sadar pakaian-pakaian lama yang semula dia tinggalkan karena tidak muat, kini sudah bisa dia pakai lagi. Bagi Lola, ini bagian terbaik dari menjadi 'kurusan’.

Bahkan pertanyaan 'Sudah makan belum?’ yang penuh perhatian dari Mamet tidak mampu membuat Lola makan dengan baik. Baginya semangat makan itu timbul hanya karena dia risih dengan pandangan orang lain terhadap dirinya, takut tampak lebih tua dan takut tampak layu adalah salah dua alasan Lola memaksa dirinya tetap makap apapun yang terjadi.

Apalagi setahun terakhir Lola kerja keras mengumpulkan uang supaya bisa segera bilang hayuk kalau-kalau nanti Mamet datang melamar ke bapaknya. Lola bekerja di luar ruangan selama 7,5 jam setiap harinya, sampai-sampai dia sendiri tidak tahu lagi harus bagaimana merawat dirinya supaya nggak burik-burik amat.

Tanpa bekerja di luar ruangan saja Lola hampir tiap waktu merasa buruk rupa, pekerjaan ini semakin mengikis kepercayaan dirinya. Hampir tiap malam Lola dihantui pikiran-pikiran seperti, 'Mamet layak dapat perempuan yang cantik.’ atau 'Aku nggak layak buat Mamet' atau 'Mamet mungkin mau sama aku bukan karena dia memang ingin aku, tapi karena cuma aku yang bisa dia dapat.’

Tidak jarang Lola terjaga hingga dini hari, menangis karena hubungannya dengan Mamet yang berjalan tidak terlalu lancar itu mungkin disebabkan karena dirinya yang tidak cantik, karena dirinya tidak seasik perempuan lain, juga karena dia tidak punya banyak waktu merawat diri supaya Mamet tambah sayang padanya. Lola juga merasa seperti sedang kejar-kejaran dengan usia.

Di tengah pikiran-pikiran negatif yang hampir menenggelamkannya itu, Lola hanya bisa pergi tidur untuk meredam sesak di dadanya. Dia pulang kerja pukul setengah dua siang, kemudian makan dan tidur sampai malam, kadang bablas sampai pagi dan berangkat kerja lagi. Kadang setelah tidur siang yang panjang itu malamnya dia malah terjaga dijajah overthinking.

Semua resah dan cemas itu dia simpan sendiri, sesak pegal hatinya dia tanggung sendiri, keberadaan Mamet masih belum mampu membuat Lola membagi berat beban pikiran yang dia tanggung. Selain karena respons Mamet yang sering kali tidak sesuai harapan, Lola juga tidak ingin menambah beban Mamet yang juga sudah lelah kerja seharian.

Tidak heran Lola kurusan, semua nutrisi yang masuk ke tubuhnya habis dilahap overthinking.

211122 (030223)

--

--

Khoirina
Khoirina

Written by Khoirina

mostly i talking to the moon

No responses yet