I quit..

Khoirina
2 min readFeb 23, 2020

--

Jam-jam sudah berlalu, hari-hari sudah berganti jadi minggu, dan minggu-minggu bersatu jadi bulan sementara bulan-bulan berkumpul jadi tahun. Satu, dua, dan tanpa terasa tiga terlewat menyambut tahun ke-empat.

Bila ada satu hal yang kusesali, itu pasti ketidak-beranian dalam diriku. Aku setakut ini tidakkan jadi temanmu lagi, padahal begini juga segalanya tidak membaik. Kita tidak pernah tampak lebih dari sekedar teman. Tidakkan pernah. Sebab aku, sejak awal sudah mengacaukan segalanya. Maafkan aku.

Kepada diriku juga, maafkan aku.

Waktu itu aku menalami banyak masa sulit seperti halnya remaja puber pada umumnya. Bodohnya hingga sekarang, beberapa kesulitan yang kualami tidak kunjung menemukan titik terang dan solusi. Melelahkan kuakui, merasa sudah melangkah sejauh ini padahal jalanan masih terbentang luas sekali dihadapanku. Mengapa rasanya seperti, orang-orang berpikir aku begitu belum siap untuk banyak hal? Begitu belum siap untuk jadi dewasa?

Aku ingin mengganti nomorku, supaya aku tidak perlu dengan sengaja menghapus nomormu. Karena tidak enak sekali sengaja menghapus nomormu. Tapi aku tidak mau kehilangan kontak dengan teman-temanku yang lain, yang aku sayangi sebagaimana aku seharusnya menyayangimu, sebagai teman. Sayang sekali aku bodoh untuk urusan ini. Jatuh cinta dan semacamnya, kurasa aku sudah hampir menyerah.

Boro-boro membangun sebuah hubungan dengan laki-laki, bertemu orang saja tanganku masih sering gemetar, lidahku masih suka kelu. Umurku sudah segini, dan aku masih belum bisa menyingkirkan semua itu. Kadang aku sebingung ini, aku harus bagaimana? Agar bisa bergaul dengan baik seperti orang lain?

Karena inilah, aku sebaiknya menyerah padamu. Kalaupun tidak kuhapus nomormu, maka biarlah semuanya seperti sekarang, tak perlu ada saling menghubungi dan saling bertukar susunan huruf membahas hal-hal tidak penting seperti beberapa waktu lalu. Kumohon jangan. Berhentilah melakukan semua itu padaku. Kamu mungkin tidak tahu betapa bingungnya aku, ketika sekujur badanku panas dingin mengetik balasan untuk pesan tak pentingmu, betapa menyebalkannya tidak bisa tetap tenang karena jantungku melompat-lompat luar biasa kencang di dalam sana. Seakan dia mau lari keluar dan meninggalkanku.

Aku bahkan tidak tahu bagaimana seharusnya seoran gadis jatuh cinta bersikap.

Maka dari itu ijinkan aku berhenti dari segala hal tentangmu. Ijinkan aku hidup tenang sementara kau juga hidup damai disana, bersama orang lain kurasa. Aku punya banyak hal untuk diurus berkaitan dengan besok dan masa depanku, kumohon biarkan aku melakukan yang terbaik untuk diriku dan pergilah dari pikiranku.

Jujur, aku tidak bisa kalau harus melihatmu mengunggah foto seseorang, itu menggangguku entah bagaimana caranya. Bahkan melihat unggahan fotomu saja terasa begitu menyebalkan, sangat membuatku terusik tidak tahu kenapa. Aku tidak pernah ingin bersikap begini padamu, aku ingin bersikap sama padamu seperti aku bersikap pada teman-teman lain. Tapi aku tidak bisa, sejak dulu aku tidak mampu.

Karena aku lelah, aku berhenti ya..

23/02/20

--

--

Khoirina
Khoirina

Written by Khoirina

mostly i talking to the moon

No responses yet